menyentuh
angka yang fantastis dalam sejarah jual beli mata uang, nilai tukar menukar
mata uang yaitu 14.000 rupiah / 1 dollar (gak tau bener atau enggak nulisnya).
Masyarakat menanggapinya beragam, ada yang menuduh Pak Jokowi beserta jajaran
pemerintahannya kurang cakap, ada yang menilai wajar dan masih dalam tahap
penurunan yang tidak berbahaya (dengan melihat nilai tukar dollar terhadap
rupiah pada 2009-2014, dari 9.000 menjadi 12.000), ada juga yang menanggapinya
dengan konteks agama (entah melucu atau serius bahwa dengan seluruh masyarakat
Indonesia berdoa 40 hari dengan disiarkan TV, maka Tuhan akan membuat dollar
manjadi ceban-10.000), dan ada juga yang tidak tahu menahu mengenai kabar
perseteruan dollar vs rupiah (salah satunya saya, saya mengetahuinya dari meme
yang mengejek nilai tukar rupiah mirip call center tertentu).
Kenapa sih kalau
dollar naik..? Harga-harga menjadi naik..? Tentu seharusnya harga barang-barang
impor saja yang naik, karena membelinya memakai dollar dan menjual di dalam
negerinya memakai rupiah. Jadi bila bukan barang impor seharusnya harganya
stabil sesuai dengan permintaan pasar. Jadi jangan ada beras impor, sayuran
impor, buah impor, sapi impor, kuda impor, susu impor, pakaian impor, pemain
sepakbola impor, tenaga kerja impor, PSK impor, dan barang lainnya yang
seharusnya tidak perlu impor namun malah melakukan impor.
Jadi kenapa kita
tidak berhenti mengimpor..? Kenapa..? Hayow kenapa..?
Di saat rupiah
melemah bukannya dengan ekspor kita akan lebih untung..? Bisa jadi demikian
bila harga barang yang diekspor dibayar dengan menggunakan rupiah dan rupiah
yang menentukan nilainya, karena dengan begitu rupiah akan dibeli dan
permintaan akan rupiah meningkat. Benar begitu atau bukan..? – maaf kalau
salah, bukan ahli ekonomi.
Sebanarnya bisa tidak
di dalam perdagangan tidak bergantung pada dollar dan sebenarnya apa yang
menentukan harga komoditas dunia..? Apakah dari permintaan pasar dunia, embargo
ekonomi suatu negara kepada negara lainnya, konspirasi, fremasonisasi atau
remasonisasi..? Seperti halnya harga minyak sedang turun namun nilai tukar
rupiah jeblok, apakah tidak sama saja dengan keuntungan bila kita mengimpor
minyak..?
Ini analogi saya,
Harga Barang X adalah 80 dollar pada saat harga 1 dollar 10.000 rupiah dengan
kata lain Barang X harganya adalah 800.000 rupiah kemudian rupiah menguat
menjadi 9.500 namun harga Barang X naik menjadi 120 dollar maka perlu 1.140.000
rupiah untuk membelinya dan tiba-tiba saja dollar menjadi 14.000 namun Harga
Barang X turun menjadi 50 dollar maka harga Barang X adalah 700.000. Dan inilah
yang membuat saya tenang, kenapa tidak kita buat negara-negara dengan tujuan
ekspor Indonesia menjual murah barang dagangannya, misal kita mempunyai
persediaan beras yang lebih jadi harga beras dunia kemungkinan akan turun, namun
tidak perlu menjual beras yang lebih, untuk cadangan. Karena harganya turun,
jangan juga kita mengimpor dalam jumlah banyak, sewajarnya saja untuk menjaga
“pasaran” dan menjaga petani padi dalam negeri tetap mempunyai daya jual
(jangan sampai petani malas menjadi petani). Itu saja analogi saya, masih ada
beberapa namun saya tidak yakin, takut saya kelihatan tambah bodoh.
Dan satu hal lagi,
beberapa waktu yang lalu dan sampai saat tulisan ini ditulis, berita mengenai orang
menemukan Tuhan masih hangat dibicarakan bahkan katanya ada lembaga keagamaan
sampai ikut campur mengenai penemuan Tuhan bahkan meminta mengganti nama Tuhan
dan menimbulkan pro dan kontra. Jika memang demikian mengapa kita memintanya
mengganti namanya..? Mengapa kita tidak memintanya mengubah dollar menjadi
ceban..? (anggap saya adalah PK, sebuah film).
Hahaha... itu kenapa Nama dan Tuhan baru diributkan sekarang... padahal sudah ada sejak bertahun-tahun lalu :D Tapi unik juga sih
ReplyDeletesiapa yang memakai jasa PSK impor? rugi banget tuh, PSK lokal banyak yg cakep2! *curcol*
ReplyDeleteterimakasih banyak, sangat menarik sekali...
ReplyDeleteI am extremely impressed along with your writing abilities, Thanks for this great share.
ReplyDelete