Traveling Kotabaru (17 Maret 2012)

Lilik, Zuhri, Uwha, Duki, Dihas

Demi profesionalisme menjalankan tugas, kami, Dihas, Duki, Lilik, Uwha, Zuhri dan Yudo berangkat ke Kotabaru atas perintah Kanwil DJBC Kalbagtim. Pertama yang ada di benak kami adalah, apa sih Kotabaru. Ternyata Kotabaru adalah sebuah kota di sebuah pulau yang bernama Pulau Laut. Dan kantor bea dan cukainya terletak di Pulau Laut itu. Lebih tepatya di Siring Laut.

Kami berangkat jam 8.00 pagi dari Kanwil DJBC Kalbagtim dan sampai di Rumah Dinas Bea dan Cukai Kotabaru pada jam 02.00 malam. Perjalanan panjang yang sangat melelahkan. Awal berangkat kami sudah khawatir apakah mobil travel yang akan mengangkut kami berenam akan muat. Enam orang dengan mobil Xenia beserta koper besar. Bayangkan sendiri...? (karena tidak ada yang akan membantu untuk membayangkan).

kopor penuh

Untung ada pertolongan dari Tuhan. Orang tua Zuhri ternyata mengantar kepergian tugas Zuhri ke Kotabaru. Mereka menyewa mobil Xenia sendiri. Jadi dari Kanwil Kalbagtim, Balikpapan sampai dengan Penajam kami ber-suksukan di dalam mobil. Untungnya di ferry kami bisa keluar dari mobil.

Di Ferry kami eksis dulu dengan berfoto-foto. Di ferry hal yang membosankan adalah lagu yang diputar semuanya dangdut dan kalo ga salah hasil rekaman dari sebuah manggung grup dangdut di Jawa Timur. Bukannya tidak suka, namun kurang resap di hati saat suasana hati sedang galau ketika harus merantau kembali.

Di Penajam, Zuhri berganti mobil ke mobil orangtuanya. Lumayan legalah. Posisi, Uwha di samping sopir, Duki, Lilik dan Yudo di tengah dan Dihas di belakang bersama koper-koper. Sialnya jalan yang berlubang menambah penderitaan kami. Apalagi saat melewati daerah yang belum ada PLN, mereka menggunakan solar cell dan jalannya rusak parah. Yang terbayang adalah, apakah mereka yang tinggal di situ tahu bahwa Presiden Indonesia adalah Pak SBY, seolah NKRI tidak ada di sana. Wajar jika ada orang asli Kalimantan yang bilang bahwa Kalimantan dianaktirikan. Kalau dibuat sinetron pas judulnya, anak tiri yang ditirikan (opo kui).

Well, hal itu membuat kekhawatiran pada diri kami. Apakah kami bisa hidup dan yang terpenting adalah bahagia..? Untuk negara dan demi almamater kami, STAN, kami siap apapun yang terjadi. Hujan, badai, halilintar tak peduli asal ada listrik dan internet serta sinyal HP, semuanya akan baik-baik saja. Apapun yang terjadi yang penting kami bisa sampai di Kotabaru.

Mobil Xenia yang sudah seperti kotak dengan isi penuh berjalan terombang-ambing di jalan yang rusak. Sebentar tancap gas sebentar kemudian rem full. Gila dan hampir membuat muntah. Sopirnya juga gila.

Kami berhenti sebentar untuk makan siang di Simpang Paet. Makan enam orang dan membeli dua aqua besar serta dua bungkus rokok habis 180.000 IDR. Makan dengan opor ayam dan sayur daun pepaya.

Sampai di Tanah Grogot Xenia isi bensin dan hujan deras mendera. Lumayan dingin. Dihas bisa tertidur, begitu juga dengan Lilik dan Duki namun Uwha yang di depan tegang karena sopirnya terlalu canggih dalam mengemudi, bisa dibilang sedikit ugal-ugalan.

Kami sampai di Batulicin jam 20.45 dan mampir dulu untuk menjemput teman si sopir. Gara-gara itu kami ketinnggalan kapal dan harus menunggu di penyebarangan Batulicin-Kotabaru dari jam 21.30 sampai jam 00.00 malam. Sampai di Siring Laut sekitar pukul 02.00 malam. Kami dijemput oleh Pak Arie, salah seorang pegawai bea dan cukai Kotabaru.

Kami tidur di Rumah Dinas Pak Kepala kantor. Sebelum tidur kami mengobrol sampai jam tigaan alhasil kami bangun telat, jam 09.00 pagi kami bangun dan badan terasa pegal dan lemas.

Nunggu kapal

Menyenangkan dan menegangkan setiba di Kotabaru. Kotabaru banyak hal aneh dan mistis, tentang orang pulau misteri yang ajaib sampai dengan Gunung Bamega yang selalu tertutup mega.

Untuk informasi tambahan tentang Kotabaru bisa dilihat disini dan disini.