SUMBER |
Di sebuah Kerajaan, dipimpinlah seorang Raja yang
sudah tua dan memiliki tiga orang anak laki-laki. Pada suatu hari Raja tersebut
wafat. Dia menitipkan warisan 36 bongkah berlian dan pesan kepada Penasehatnya.
Berlian yang diwariskan sebesar kepala sapi. Sedangkan isi pesannya adalah, “Sebentar lagi aku akan wafat. Aku memiliki berlian sebesar
kepala sapi, jumlahnya ada 36 bongkah berlian. Satu bongkah berlian aku berikan
kepada penasihat karena jasanya yang besar untuk kerajaan. Setengahnya untuk
Pangeran Pertama, sepertiganya untuk Pangeran Kedua dan sepersembilannya untuk
Pangeran Ketiga. Oke sekarang aku akan mati”
Setelah pemakaman sang Raja. Penasehat menemui ketiga
pengeran dan menyampaikan pesan sang Raja.
Pangeran Pertama tidak terima karena jika sebongkah
untuk sang Penasehat, maka berlian tinggal 35 bongkah. Maka
pembagiannya:
-
Setengah
dari 35 adalah 17,50 berlian (bagian Pangeran pertama)
-
Sepertiga
dari 35 adalah 11,66 (bagian Pangeran Kedua)
-
Sepersembilan
dari 35 adalah 3,88 (bagian Pangeran ketiga)
Semua Pangeran tidak mau dan tidak setuju jika
bongkahan berlian harus dipecah dan dibagi-bagi. Lagi pula membagi berlian
bukan perkara mudah apalagi ukuran pepmabiannya rumit (0,5 lalu 0,66 dan 0,88).
Maka Pangeran Pertama
meminta 18 bongkah berlian, Pangeran kedua meminta 12 bongkah berlian dan
Pangeran Ketiga meminta 4 bongkah berlian. Sang Penasehat bingung.
Sang Penasehat bertapa dan akhirnya dia mendapat
petunjuk bahwa ada seorang penyihir hebat. Sang Penasehat datanglah kepadanya.
“Wahai penyihir tolonglah aku.” Kata Penasehat.
“Apa yang bisa kulakukan untukmu Penasehat?” tanya
sang Penyihir.
Kemudian diceritakanlah permasalah tersebut kepada
sang penyihir. Sang penyihir manggut-manggut.
“Baiklah Penasehat. Aku akan ke istana. Tepat malam
jumat kliwon.” Kata Penyihir.
“Baiklah kami akan menunggumu. Ada satu syarat,
janganlah Kau menyelesaikan masalah ini dengan menggunukan sihir, tipuan atau
semacamnya.” Kata Penasehat.
“Baiklah Penasehat. Adakanlah pesta yang meriah di
malam jumat kliwon.”
Malam jumat kliwon yang dijanjikan sang Penyihir
datang. Istana mengadakan pesta meriah. Hidangan mewah tersaji. Para pejabat
istana berkumpul. Seluruh permaisuri raja berkumpul. Belum ada Raja yang baru
karena masalah warisan belum selesai.
Penyihir datang. Ternyata penyihir berpakaian ketat
dan cantik. Tidak seperti waktu Penasihat datang, kumal dan kutuan. Pakaiaannya
serba hitam. Semua hadirin jatuh cinta dan terpesona oleh penampilan penyihir.
Penyihir duduk di kursi dan dia mulai menyantap makanan. Dia menyantap dengan
rakus, sedikit rakus, mungkin dia lapar.
Dia selesai makan. Kemudian dia berkata, “Mana
Penasihat yang kemarin datang kepadaku dan mana tiga pangeran.”
Penasihat dan ketiga pangeran maju ke hadapan sang
Penyihir. “Baiklah, untuk mempersingkat waktu, aku akan bagi berliannya. Mana
berliannya hai para pangeran.”
Berlian yang belum dibagi dan masih utuh jumlahnya,
ada 35 bongkah berlian. Ketiga Pangeran meletakkannya di atas sebuah meja
besar.
“Aku akan membagi tanpa sihir dan tanpa tipuan sesuai
permintaan. Tapi mana berlian bagianmu hai Penasihat. Aku pinjam berlian
bagianmu.” Sang Penyihir menunjuk sang Penasihat.
Sang Penasihat ragu. “Aku hanya pinjam dan nanti aku
akan kembalikan. Aku tak akan merugikanmu.” kata sang Penyihir.
Sang Penasihat masih diam. Pangeran Pertama
menghardik, “Cepatlah Penasihat. Masih ragukah Kau dan tak maukah Kau berkorban
demi Kerajaan ini.”
Akhirnya sang Penasihat meletakkan sebingkah
berliannya yang sebesar kepala sapi. Di meja yang besar dan berwarna emas,
terletak 36 bongkah berlian.
“Hai semuanya yang hadir disini. Dengarkanlah yang
akan aku ucapkan, jangan sampai Kalian melewatkannya. Aku tak akan
mengulanginya.” Kata sang Penyihir keras dan berdengung di ruangan,
memantul-mantul.
“Baiklah, Pangeran Pertama. Kau mendapat
setengah. Bagianmu 17,5 bongkah berlian. Dan Kau meminta utuh menjadi 18
bongkah. Karena di sini ada 36 bongkah maka setengahnya adalah 18 bongkah
berlian. Ambillah bagianmu sekarang hai Pangeran Pertama”. Pangeran Pertama langsung mengambil 18 bongkah berlian
dengan dibantu pengawalnya, dia tersenyum ke arah dua saudaranya dan penasihat.
“Kau Pangeran Kedua. Kau mendapat sepertiga
bagian. Kau mendapat 11,66. Kau meminta 12. Aku kabulkan permintaanmu karena
sepertiga dari 36 adalah 12. Silahkan ambil bagianmu.” Pangeran Kedua tertawa dan dengan dibantu pengawalnya,
diambilnya 12 bongkah berlian.
“Sampai disini masih wajar dan tidak ada sihir atau
tipuankan dalam aku membagi”. Semuanya mengangguk. Namun penasihat mulai curiga
apa yang dilakukan sang penyihir.
“Aku lanjutka. Sekarang Kau Pangeran Ketiga.
Kau mendapat sepersembilan, itu artinya Kau mendapat 3,88 bongkah berlian. Tapi
aku kabulkan permintaanmu. Kau dapatkan empat berlian seperti yang Kau minta
karena sepersembilan dari 36 adalah 4. Ambillah”. Pangeran Ketiga segera
mengambil berliannya.
Berlian di meja tinggal dua. Kemudian Penyihir berkata
kepada Penasehat, “Hai Penasehat, aku kembalikan
sebongkah berlian yang aku pinjam darimu. Ambillah”. Sang Penasehat
kemudian mengambil sebongkah berlian.
Di meja sekarang tinggal sebongkah berlian, “Semuanya
sudah menerima bagian masing-masing. Semuanya puas dan mendapat bagian yang
diinginkan, tidak ada yang dirugikan. Dan inilah bagianku. Senang sekali bisa
berbisnis dengan kalian hai orang-orang tolol. Sampai jumpa”. Sang penyihir
mengambi sebongkah berlian yang masih tersisa di atas meja. Kemudian dia
merapal mantra dan dia menghilang, hanya tersisa kepulan asap.
Akhirnya sang Penyihir mendapatkan sebongkah berlian
dan tidak seorang pun tersakiti. Semuanya telah mendapatkan bagiannya
masing-masing.
Apakah Anda kurang yakin dan kurang teliti jika
berliannya memang 36 bongkah. Silahkan hitung kembali.
Pembagian awal 36 – 1 = 35
1/2 X 35 = 17,5
1/3 X 35 = 11,66
1/9 X 35= 3,88
Pembagian dari sang Penyihir
1/2 X 36 = 18
1/3 X 36 = 12
1/9 X 36 = 4
18 + 12 + 4 = 34
36 – 34 = 2
1 untuk Penasihat
1 untuk Penyihir
Tidak ada sihir atau tipuan hanya permainan matematika
dan logika.
Diceritakan ulang oleh Dihas Enrico setelah Dedy
Corbuzier ceritakan di dalam bukunya, Mantra.
ooo :o
ReplyDeletejadi gitu yah :D
ayo belajar berhitung :D
ReplyDeleteaku kok mumet yo...., bukan karena alur cerita karena aku gak ngerti matematika.
ReplyDelete___________________
Follow back ya......
bukunya deddy corbuzier itu ngebahas apa?
ReplyDeletecontoh bagaimana manusia dibutakan harta hingga melupakan persaudaraan dan menghalalkan segala cara sehingga mudah terpedaya.....nice share....:)
ReplyDeletecuma permainan matematika saja, kalau pintar memang bisa memanfaatkan situasi
ReplyDeleteLogika is number one
ReplyDeleteSebodoh apa pun kita tapi kalau kita punya logika & nalar yg baik pasti kita menang
ini blog siapa? blog dedi corbuzier apa blognya dihaz? aku di mana? kamu siapa? ah... *aksiamnesiasinetron*
ReplyDeleteternyata pinter juga si penyihir.. dengan hanya membalik logika.. tapi lebih pinter si raja sih.. karena sebelum mati pun masih sempet-sempetnya ngitungin. hehehe
ReplyDeleteberarti sang Raja yg wafat itu gak bisa hitungan matematika ya sob? buktinya berliannya msh lebih satu...
ReplyDeletehehe
:D
Yang buat gue ngakak itu Rajanya. Masa mau mati dia bilang: "Oke sekarang aku akan mati.." hahaha..
ReplyDeleteoalah.udah baca serius..gak tahunya hehee...
ReplyDeleteEh...saya nyerah deh. Saya bodoh dalam hal Matematika makanya masuk jurusan Sastra. Saya imencoba kut menghitung, yang ada malah puyeng. Matematika memang hebat ya.
ReplyDeleteaduh kalo soal matematika nyerah deh gue.... >.<
ReplyDeleteeh iya juga ya bener, serakah si mereka :D untung deh penyihirnya
ReplyDeletefans om deddy bro?
ReplyDeleteHaha ada-ada aja. keren logikanya
ReplyDeleteiya ya,, masih belum terpecahkan. Matematika kadang ilmu pasti. Kadang membingungkan kalau dilihat dari segi ini.
ReplyDelete