gambar dari sini |
Poligami dengan mudah dapat dipahami dengan arti memadu
sang kekasih yang dicintai, disayangi juga dilindungi. Begitu juga dengan yang
dilakukan oleh PSSI. Setelah hubungannya dengan sang kekasih (ISL) mulai goyah
karena kedatangan pihak ketiga (IPL) yang ternyata lebih muda dan tentu saja
lebih menarik. Setelah sebelumnya pernah menampik bahwa PSSI berselingkuh, kini
PSSI terlihat bergandengan mesra dengan istri muda yang dahulunya digosipkan
pihak ketiga.
Sebelum bergandengan mesra dengan istri muda, PSSI
dirundung masalah pelik dan komplikasi. Beruntung setelah melakukan konsolidasi
dan pertemuan-pertemuan yang lama, rumit dan menghabiskan tenaga dan pikiran
(tentu saja juga uang) akhirnya PSSI mendapat solusi (terpilihnya ketua PSSI yang
baru). Namun hidup terus berlanjut dan masalah pun datang silih berganti.
Diawali dengan gagalnya sang anak emas (Timnas Senior/Garuda) di kualifikasi Piala
Dunia 2014, membuat PSSI dan keluarganya (masyarakat Indonesia) dipastikan hanya
sebagai penonton.
Masalah pun berganti dengan gagalnya anak bungsu
(Garuda Muda) menyabet emas di Sea Games. Anak bungsu kalah bertarung dengan
anak tetangga sebelah, Harimau Muda Malaya, di rumah sendiri pula. Namun kali
ini ada sedikit kebanggaan. Anak bungsu PSSI bertarung dengan jantan dan
beringas, membuat keluarga PSSI dan keluarganya terhibur dan simpati,
menumbuhkan asa dan harapan. Anak bungsu dinilai oleh keluarga hanya kurang
beruntung.
Masalah selanjutnya datang dan disebabkan oleh
kecerobohan PSSI sendiri yang mengakui dan mempublikasikan sang istri muda.
Reaksi pun bermunculan, keluarga pun menjadi terpecah-belah dan menjadi
berkubu-kubu, satu kubu pro dengan istri muda, satu kubu pro dengan istri tua,
satu kubu netral dan kubu lainnya tak tahu menahu dan tak ingin tahu (acuh).
Yang pro istri muda dengan lantang menganggap istri
tua sudah tidak menarik dan tidak semok, istri tua sudah keriput dan ubanan,
sudah saatnya istri tua istirahat. Mereka mendukung istri muda yang lebih
cantik, anggun dan muda.
Yang pro istri tua juga tak kalah lantang, mereka
menganggap istri muda adalah perempuan tidak benar yang merebut istri orang,
tidak sopan dan etik dan tega menghancurkan cinta istri tua. Mereka merasa
istri tua lebih dewasa, bijaksana dan keibuan.
Yang netral, hanya berujar bahwa siapapun yang PSSI
bawa kondangan (siarkan pertandingannya), ya kami salami, kami sapa dan kami
beri senyuman. Sedang yang tak tahu menahu lebih cenderung tidak suka mengurus
rumah tangga orang lain.
Yang tak ingin tahu bisanya adalah kerabat jauh yang
sudah lama tidak ketemu atau sering ketemu namun tidak saling sapa. Mereka cuek-cuek
saja.
Masalah selanjutnya adalah kedua istri PSSI mempunyai
anak, sebenarnya istri muda juga bukan perawan. Masing-masing istri saling
berebut anak, memalukan dan tidak dewasa. Sebenarnya mungkin bukan semata-mata anak yang diperebutkan, tapi gengsi dan
kekayaan si anak. PSSI sebagai bapak malah terlihat lebih tidak dewasa, yang
ribut berebut anak itu kedua istrinya, yang dihukum malah anak-anaknya.
Memang masalah terus silih berganti, namun apakah
kedewasaan tidak tumbuh dan berkembang? Dahulu pihak keluarga
(masyarakat/supporter) anarkis dan sering bikin ulah, sekarang mereka sudah
mulai dewasa dan mendapat apresiasi. Sekarang kenapa PSSI yang malah berubah
kekanak-kanakan.
Semoga PSSI segera menyelesaikan masalah di dalam
keluarganya dengan dewasa sehingga suatu hari nanti dengan gagah dan tanpa malu
lagi untuk berbicara di lingkungan (masyarakat sepakbola dunia). Bravo sepakbola
Indonesia.
Tadinya postingan ini dikirim ke kompas namun sepertinya tidak layak tampil. hiks...hiks.
loh lohh. kenapa gak jadi dikirim ke kompas? asik loh artikelnya.
ReplyDeletejudulnya kontroversial, tapi bahasannya masih sangat hangat :)
:)
ReplyDeleteudah dikirim cuma gak ada tanggapan...
ReplyDeleteyasudah saya posting disini sj...
:P
saya tidak paham maksudnya
ReplyDeletemaaf karena bukan penggila bola :P
yang sabar aja... kan msti diseleksi.
ReplyDeleteyang kupikirkan saat membaca judulnya adala wanita yg sedang cakar2an,,,
ReplyDelete:P
Mungkin pihak k*mp*s nya belum berani menampilkan karena takut di protes oleh para istri2 :D *kidding*
ReplyDeleteaku kok gak ngerti yah
ReplyDeletekenapa sih harus dipisah pisahin gitu
emang dalam satu negara ga bolah ada 2 kompetisi atau liga sepak bola..?
Boleh nih...
ReplyDeletekirain bahas pernikahan,,ternyata...
ReplyDeletekeren lho...sayang kompasnya nggak nggeh,,,mungkin lg baca judul dikiranya masalah poligami dlm pernikahan~
kreatiif lo has.. bisa disangkutpautkan sama poligami.... eh klapan2 bahas dong soal ustadz yang poligami itu... :P
ReplyDeletebiasanya kalo dikirim ke kompas dan tidak dimuat pihak kompas melakukan pemberitahuan, kalo tak ada pemberitahuan jangan2 akan dimuat. atau kompas lagi mikir-mikir, apa bener PSSI poligami, bisa jadi toh cuma kumpul kebo
ReplyDeletesemoga berhasil di tanggapi ya sob..
ReplyDeleteGpp, walopun ga dipublish sama Kompas, kan bisa dipublish di blog sendiri dan dibaca juga sama orang banyak. Yang penting teteup menulis, mengeluarkan isi kepala :-)
ReplyDeletembak honey: :)
ReplyDeletemasa sih mas John...
:P
iya mas nuel....
:P
mas gunawan asal ni...
sukanya tante yg cakar2an....
:P
masak tah mbak hsu...??
ReplyDelete:P
harusnya gitu kali mas rawins....
:)
boleh apanya mbak syam...??
:)
hahaha...
ksian mbak jiah salah tebak...
:P
belum ada yg bagus mas Nuel....
ReplyDeleteAagym udah lewat...
:P
ntar kalao ada lg...
ah kayaknya nggak bakal deh mas Vip...
:P
ah parah kalo sampe kumpul kebo....
tapi kan udah dilegalkan,,jd udah nikah donk.....