SUMBER |
Karena aku miskin dan merasa miskin
Maka angkotku tak
perlu taat rambu
Kejar setoran
lebih perlu
Maka ku ngetem
seenak brutu
Kalian yang sekilo
meter di belakangku jangan menggerutu
Ini juga demi anak
isteriku
Karena aku miskin dan merasa miskin
Maka ku tak mampu
beli mobil
Hanya motor itupun
mencicil
Jalan mobil ku
srobot dan kuambil
Pecicilan di
jalanan macam si kancil
Kupikir tak apa
karna ku miskin dan ekonomi labil
Karena aku miskin dan merasa miskin
Maka aku ke kota
modal nekat
Tanah kosong
kukangkangi dan kusikat
Kubangun
kerajaanku tanpa sertipikat
Kudirikan mesjid
buat pengaman dan pemikat
Karena kupikir
orang kaya juga tak kalah bejat
Karena aku miskin dan merasa miskin
Kupikir pantas
jika mengemis
Kujual wajah sendu
isak dan tangis
Bayi kusewa agar
hati kalian makin miris
Kupoles badan
dengan bau busuk dan amis
Agar kalian mau
memberi demi janji sorga kalian yang manis
Karena aku miskin dan merasa miskin
Kubangun
supermarket di trotoar
Berkaki lima
dagangan dan jasa kugelar
Ke bahu jalanan
supermarketku melebar
Jalanan macet
bukanlah masalah besar
Karena ku harus
bersaing dengan mall dan super bazaar
Karena aku miskin dan merasa miskin
Maka ku bisa
berbuat onar dan menyakiti
Demi ketenangan
kutarik uang keamanan dan upeti
Kugalang massa
kubentuk kelompok orang sakti
Kebal tusukan dan
kebal aturan yang membatasi
Karena penyewa dan
pelindungku pejabat yang sedang sakit hati
Karena aku miskin dan merasa miskin
Maka ku berhak
ambil paksa dari orang kaya
Ngamen tak diberi
kugores cat mobilnya
Kuminta tak
dikasih kurampok rumahnya
Sukur-sukur ada
kerusuhan, kujarah kekayaannya
Karna kupikir
begitulah seharusnya
Karena aku miskin dan merasa miskin
Aku hanyalah
sekedar pekerja buruh
Kumerasa hidupku
hanya untuk disuruh-suruh
Maka jika diajak
mbangkang kusambut dengan riuh
Tanpa kutahu
tujuan yang hendak ditempuh
Yang penting hari
itu ku bisa mbolos dan tak perlu kerja berpeluh
Itulah diri dan
hidupku
Kuharap kalian tak
perlu meniru
Hidup penuh
pembenaran dari kelakuan palsu
Inti sebenarnya
hanyalah hawa napsu
Dibungkus tuntutan
keadilan sebagai bahan isu
Padahal hakikatnya
kemalasan penuh lesu
Hidup harus
pantang menyerah
Jangan sedih dan
susah
Kerja keras tanpa lelah
Apakah
kita melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dialasankan ekonomi, alasan
kemiskinan. Menghalalkan segala cara. Dan selalu kemiskinan adalah alasan.
Logiskah?
Puisi bersumber dari note facebook seorang teman.
semoga cara berfikirnya nggak miskin lagi ya, biar nggak nyusahin yang lainnya :)
ReplyDeletehehee penuh sindiran nih.
ReplyDeleteyah begitulah. . . logis gak logis itu sudah terjadi dan menjamur dimana2. apa mau menyalahkan logis? aku pikir susah. . .
ReplyDeleteHahaha.. Gue suka curhatan supir angkot yg pertama itu.. :D
ReplyDeleteyaa nggak gitu juga kalii.. justru kalo miskin yaa usahanya gimana biar jadi nggak miskin.. kalo miskin begitu, namanya miskin moral juga..
ReplyDelete#doh jadi sewot
hahaha... atas nama kemiskinan dia gak mempedulikan orang lain :D
ReplyDeletewah~
ReplyDeletengelus dada
blog anda sudah saya follow balik ya :D
ReplyDeletepemikiran yg salah, ga boleh orang miskin-kaya saling iri
ReplyDeletenanti masyarakat hancur
Wah, benar tuh sob, sangat mengena :)
ReplyDeletehmmm.. kreatif... bilang sama temennya, puisinya bagus... diksinya bagus dan emang sesuai kenyataan... :)
ReplyDeletewah bagus amat puisinya, siapa yang nulis? cantumin dong. bagus soalnya... :)
ReplyDeleteKemiskinan yang di kambinghitamkan. Membenarkan tindakan yang sebetulnya keliru, tapi atas nama kemiskinan di benarkan dengan cara yang keliru. Hidup penuh perjuangan sobat. Jangan menyerah sama keadaan.
ReplyDeletebener mas herry...
ReplyDelete:)
iya mbak CSB...
;)
hahaha....
ReplyDeletemas susu segar ni gmn sih...
:P
pasti feby mantan sopir angkot..
:P