Tanah Grogot - Bagian I

GANTENG

Seminggu sebelum tahun baru, Dihas, Aziz (bukan gagap) dan Herdy melakukan perjalanan sejauh 225 km ke Tanah Grogot. Ini adalah perjalanan paling jauh yang pernah dilakukan Dihas tahun 2011.

Dari Balikpapan, jam 07.00, kami berangkat. Kami sarapan dahulu. Dihas pesan nasi pecel plus ayam, Aziz (bukan gagap) dan Herdy pesan nasi kuning plus ayam. Minumnya teh hangat.

BERSAMA AZIZ (BUKAN GAGAP)

Perut kenyang, siaplah perjalanan dimulai. Pertama kami harus menyeberang dahulu ke seberang dengan perahu kelotok. Perjalanan dengan perahu kelotok adalah 45 menit. Air laut yang bergelombang dan deburan ombak mengahantam kapal menambah suasana perjalanan semakin berwarna dan bersemangat.

Sampai di seberang, saatnya kami melakukan perjalanan sejauh 175 km (tahap awal). Aziz (bukan gagap) membonceng Herdy sedangkan Dihas sendirian. Perjalanan sungguh terjal, naik turun, banyak jalan berlobang dan harus menambah kewaspadaan, truk-truk bear menghimpit, mobil-mobil dengan kecepatan mengerikan dan manuver yang berbahaya. Semuanya menegangkan. Apalagi ini adalah pertama kalinya.

Kami sempat istirahat sekali untuk minum dan meluruskan punggung. Suasana sepanjang perjalanan adalah hutan dan perkampungan yang sepi.

Kami sampai di rumah bapak Idrus jam 11.00 siang. Kami langsung disambut dengan es buah. Langsung ditambah dengan hidangan makan siang berupa pecel dan mangut. Kemudian kami shalat dzuhur dijamak ashar. Rencana kami akan meneruskan perjalanan. Eh malah kami ketiduran dan baru bangun jam 16.00. kami mandi dan disajikan gorengan. Dihas dan Aziz (bukan gagap) menyusuri kota Tanah Grogot. Jalanannya bagus namun sayang sepi. Bensin langka di SPBU namun bertebaran di penjual eceran pinggir jalan.

Selesai shalat Magrib jamak Isya’, kami melanjutkan perjalanan, ditambah dengan Pak Idrus dan anaknya serta Hadi, keponakan Pak Idrus. Rencana kami melanjutkan ke rumah teman Pak Idrus, yaitu Pak Warsono. Perjalanan 2 jam, jalannya lebih rusak paarah dan lebih gelap, tidak ada lampu penerang jalan. Namun sesampainya di sana kami disambut Pak Warsono dengan makan malam dan belah duren. Asyyikkk…

J

Belah Duren