Sunday, 6 March 2011

Mendefinisikan Demokrasi



Konsep demokrasi,meskipun asalnya dari Yunani, adalah berasarkan definisi singkat Abraham Lincoln Gettysburg, Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat (Government of the people, by the people, for  the people). Ini merupakan kata-kata klise yang sangat menarik tapi jarang diterapkan secara total di sudut manapun di dunia ini.
Bagian ketiga dari pernyataan ini untuk rakyat maknanya sangat kabur dan rawan bahaya. apakah yang dapat dinyatakan sebagai untuk rakyat dengan penuh keyakinan?
Dalam sebuah sistem dimana mayoritaslah yang memimpin, seringkali terjadi bahwa apa yang dianggap sebagai untuk rakyat kenyataanya hanyalah sekedar untuk kelompok mayoritas dan bukan untuk sisanya yang minoritas.
Dalam sebuah sistem demokrasi, juga mungkin terjadi keputusan penting diambil semata-mata atas dasar mayoritas mutlak. Namun, manakala dilakukan pembedahan lebih jauh dan dilakukan analisa akan fakta dan angka-angka, akan Anda temukan bahwa kenyataannya keputusan itu merupakan suatu keputusan minoritas, yang disahkan secara demokratis dan dipaksakan kepada mayoritas.
Satu dari banyak kemungkinan adalah bahwa partai yang memimpin dipilih di jajaran pertama basis pusat setelah mempeoleh jumlah mayoritas tipis di hamper semua keseluruhan jumlah pemilih. Lagi pula, jika hasil dari jajak pendapat agak rendah, maka menjadi meragukan apakah partai yang berkuasa memang menikmati dukungan mayoritas. Meskipun jika partai itu menang dengan suara mayoritas terbesar dari para pemilih, banyak hal yang akan terjadi dalam masa jabatannya. Opini publik dapat saja berubah secara drastis sehingga pemerintah yang sedang menduduki jabatan tidak lagi menjadi wakil yang sebenarnya dari kelompok mayoritas, lagi pula, proses perubahan keinginan para pemilih yang perlahan-lahan muncul pada setiap perubahan pemerintahan.
Meskipun jika pemerintah tetap populer di kalangan pemilihnya, namun kenyataannya tidaklah seperti itu sehingga ketika suatu keputusan kunci dibuat, sejumlah besar anggota partai yang memimpin tidak setuju di dalam hati mereka dengan kelompok mayoritas tetapi mungkin telah memberikan suaranya semata-mata karena loyal kepada partai.
Jika perbedaannya adalah pada kekuatan partai yang berkuasa atas satu partai atau partai-partai oposisi maka yang paling sering terjadi keputusan yang dinisbahkan sebagai keputusan mayoritas yang pada kenyataanya merupakan keputusan minoritas yang dipaksakan kepada rakyat.
Juga penting dicatat bahwa konsep tentang apa yang dipandang sebagai baik untuk rakyat berubah dari waktu ke waktu. Jika keputusan tidak diambil berdasarkan pada prinsip-prinsip yang absolute melainkan atas dasar apa yang dianggap oleh seseorang sebagai baik untuk rakyat, atau paling tidak, apa yang dipandang baik oleh partai, maka hal ini akan membawa pergeseran kebijakan yang tak henti-hentinya dari waktu ke waktu. Karena yang nampak baik pada hari ini mungkin besok menjadi tidak baik dan baik pada hari lusa.
Bagi masyarakat awam, ini akan menjadi situasi yang rumit. Eksperimentasi komunisme dalam skala yang luas seperti itu selama lebih dari setengah abad juga berdasarkan kepada slogan yang sama, untuk rakyat. Tidak semua negara yang sosialis adalah diktator.
Juga perlu dicatat bahwa garis yang membedakan antara negara-negara sosialis dengan demokrasi sejauh hubugannya dengan pemerintahan oleh rakyat sangatlah tipis dan kadang-kadang sama sekali tidak ada.
Lalu, bagaimana seseorang dapat mencela seluruh pemerintahan di dunia yang terpilih di negara-negara sosialis bahwa mereka telah diberi kekuasaan bukan oleh rakyat?
Memang di negara totaliter adalah mungkin untuk mendiktekan pilihan calon kepada para pemilik suara dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat mereka hanya memiliki ruang gerak yang sempit untuk memilih alternative lain. Namun taktik yang serupa dan takti yang sewenang-wenang lainnya dapat juga diterapkan, kecuali sedikit pengecualian di negara barat, di negara-negara yag menganut sistem demokrasi.
Pada hakikatnya demokrasi di sebagian besar bagian di dunia tidak diberi keleluasaan dan pemilihan umum jarang sekali dilakukan oleh rakyat. Dengan adanya kecurangan dalam pemilihan, horse trading (tawar-menawar politik), intimidasi melalui taktik politik dan langkah-langkah korup lainnya yang serupa, maka semangat dan substansi demokrasi di dunia digerogoti dengan pengelabuan sehingga pada akhirnya hanya sedikit saja yang tersisa dari demokrasi.
From: Paper of Speech T.A 2000 (lil editing)

No comments:

Post a Comment

silahkan berkomentar, tidak dipungut biaya..! apabila ada kata yang salah dalam hal deskripsi apa pun tentang isi dari postingan zonesa.blogspot.com, mohon kritik dan sarannya agar lebih baik. terimakasih dan salam hangat. Sehangat pelukan pasangan Anda.