Apa yang terjadi di kamar Hotel Sheraton Heliopolis, Kairo, Mesir, tempat Presiden Soeharto menginap pada 14 Mei 1998 memang tak ada yang tahu. Saat itu, Soeharto ditemui oleh Presiden Mesir Hosni Mubarak sebelum pulang lebih awal karena makin memburuknya situasi di Indonesia.
Wartawan Kompas J Osdar yang meliput lawatan terakhir Soeharto ke luar negeri untuk mengikuti KTT G-15 itu menulis, Mubarak datang pagi-pagi ke hotel. Namun, isi pembicaraan antara keduanya tak terungkap. Mungkinkah Mubarak menyarankan Soeharto agar mundur melihat makin meluasnya penjarahan dan kerusuhan di Indonesia?
Malam sebelumnya, Soeharto bertemu dengan warga negara Indonesia (WNI) di KBRI Cairo, yang berada di tepi Sungai Nil. Secara mengejutkan, Soeharto mengatakan, kalau memang rakyat tidak menghendaki dirinya sebagai presiden, maka ia tidak akan mempertahankannya lagi, termasuk dengan kekuatan militer. Ia akan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan keluarga.
Lalu, seminggu setelah ditemui Mubarak, 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB, di Credentials Room, Istana Merdeka, Soeharto mundur. Ia menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Wakil Presiden BJ Habibie. Soeharto akhirnya mengalah dengan gerakan mahasiswa dan menanggalkan kursi presiden yang telah didudukinya selama 32 tahun.
13 Tahun berlalu, giliran Mesir yang dilanda demonstrasi besar-besaran meminta agar Mubarak hengkang. Sejak 28 Januari 2011, jutaan penduduk negeri piramida memenuhi pusat kota dan terlibat bentrok dengan militer. Ratusan nyawa melayang selama hampir 2 minggu aksi berjalan.
Senin, 7 Februari 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku telah mengirim surat kepada Mubarak. Isinya, saran agar Mubarak belajar dari transisi kekuasaan yang terjadi pada masa Soeharto. Indonesia, katanya, berhasil melakukan reformasi dan mewujudkan tata pemerintahan yang lebih demokratis kala itu.
Belakangan diketahui, saran yang dimaksud SBY itu adalah agar Mubarak mundur, seperti yang dilakukan Soeharto almarhum. Ini menurut Ketua DPR dari Fraksi Partai Demokrat Marzuki Alie. Mengundurkan diri adalah keputusan yang tepat dan bijak bagi Mubarak supaya kekerasan di Kairo tidak makin berkepanjangan dan korban bertambah.
Dan pada seminggu kemudian, Jumat 11 Fabruari 2011, Mubarak dikabarkan mengundurkan diri. Berbeda dengan sahabatnya Soeharto, pengunduran diri itu diumumkan oleh Wakil Presiden Mesir Omar Sulaiman, yang baru ditunjukkan beberapa hari. Kekuasaan Mesir diserahkan kepada Dewan Keamanan Mesir atau militer.
Sumber foto: arnandatop10.blogspot.com, eramuslim.com
sumber artikel: kageri.blogdetik.com
lagi trend, para pemegang kekuasaan yg terlalu lama mengalami 'nasib' di turunkan secara massal oleh rakyatnya
ReplyDeletehahaha...........
ReplyDeleteudah lama serakah soalnya mbak...
:P