Friday, 24 February 2012

Seorang Anak Kecil Mengajarkan Kebahagiaan


SUMBER


Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.


Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.



“Korannya bu !” seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.



Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.



“Mau koran yang mana bu?", tanya Umar dengan riang.

Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.


Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”. Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu, Udah miskin sombong!”. Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.



Umar berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh. Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan di depannya, Ya Allah, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.



Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda. Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar. Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil. 



Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.

Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan.” pinta Umar dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.


“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau.



Terima kasih Pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh kan Pak?" tanya Umar sekali lagi.



”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun.



Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.



Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk di dekatinya Umar.



”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?" dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh perasaan kasihan.



Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya., jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.



Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. 
Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.



Si anak kecil tersenyum dengan manis, Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”




Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.



Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh, ”Bapak! Saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya.


Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali, 

Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari.”


Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali, ”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.


Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi. Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini.


Nilai Moral: Kebahagiaan terletak dimana kita bisa mensukuri atas nikmat yang kita terima bukan menyesali apa yang belum kita miliki.

17 comments:

  1. Thank's for share dan sudah mengingatkan mas bro :)

    Kadang kita memang sering lupa bersyukur dengan apa yang sudah kita capai sekarang :(

    ReplyDelete
  2. kalau semua orang berpikir seperti si anak, repot buat orang lain yang hendak berbuat baik

    ReplyDelete
  3. hal tsb bisa terjadi bukan dari segi pendidikan dari anak tsb,tapi dari pendidikan moral yang di berikan orang tua dahulu
    sehingga perilaku itu bisa terjadi

    ReplyDelete
  4. maka dari itu disuruh membaca, salah satunya membaca disekeling kita termasuk seorang anak kecil, nice post bro

    ReplyDelete
  5. malam sob.. berkunjung sambil kirim paketan, bisa diambil di joena-stan.blogspot.com/2012/02/award-kedua-dari-kampungkuiniblogspotco.html

    ReplyDelete
  6. oke sama-sama chici....
    :)


    hahaha.....
    ndak juga lah mas r10...
    :)


    oke mbak hsu...
    :)

    ReplyDelete
  7. bisa dibenarkan mas andy...
    :)


    bener sekali mas Nyariadi....
    :)



    oke joena....
    :)

    ReplyDelete
  8. setujuu kebahagiaan itu datang diri kita yg bisa mensyukuri apa yang kita dapatkan

    ReplyDelete
  9. nice artikel share zone...
    anak-anak itu mengajarkan banyak hal untuk org dewasa, kebahagiaan. kepolosan. ketulusan. termasuk bagaimana membuat kita dekat dg Dia.

    ReplyDelete
  10. mudah2an kita termasuk orng yd ber sukur...

    ReplyDelete
  11. saya pernah membaca cerita serupa
    tapi bukan koran

    ReplyDelete
  12. nice story..

    orang yang tampak bermoral terkadang malah menyepelekan nilai-nilai kemanusiaan.. lupa mensyukuri segala berkatNYA walaupun terkadang di depan kolega-koleganya, mereka lihai sekali berbincang tentang kemanusiaan..

    ReplyDelete
  13. pesan moralnya bener bgt.. mpe terharu bacanya..

    ReplyDelete
  14. apakah anak itu fiktif atau bener2 ada di indonesia? kayaknya too good to be true nih... hehehe

    ReplyDelete
  15. wah kurang tau ya mas nuel...
    :P

    ReplyDelete

silahkan berkomentar, tidak dipungut biaya..! apabila ada kata yang salah dalam hal deskripsi apa pun tentang isi dari postingan zonesa.blogspot.com, mohon kritik dan sarannya agar lebih baik. terimakasih dan salam hangat. Sehangat pelukan pasangan Anda.