SUMBER |
Beberapa
hari yang lalu, saya membeli sesuatu di sebuah toko. Sesuatu ini sangatlah
penting dan hanya saya dan Syahrini yang mengetahuinya. Toko ini berada di daerah pertokoan. Daerah
pertokoan ini tidak ada tukang parkir di hari-hari biasanya. Saya sering ke
pertokoan ini, ya bersama Syahrini #ups
salah focus.
Nah
pada saat saya selesai menuntaskan sesuatu dengan Syahrini #masih salah focus, saya kembali menaiki
sepeda motor, dan saat itulah sesuatu yang mengganggu saya muncul. Seorang anak
kecil dengan polosnya mendekati saya dan berkata, “Om, uang parkirnya.”
tangannya menengadah ke arah saya. Nah, inilah yang mengganggu saya.
Saya
heran dengan anak sekecil itu. Oh ya, anak kecil itu memang kecil, sekitar 6 tahunan.
Saya berpikir keras sebelum membuat keputusan. Saya dengan cepat memutuskan
untuk memberi uang parkir yang dimintanya, naas, saya gak ada uang seribuan, ya
sudah saya kasih lima ribuan. Dan ini yang membuat saya berpikir sampai
akhirnya saya menuliskannya di blog ini, padahal sudah dua harian yang lalu.
Menurut
temen-temen semua, salahkah saya memberikan uang itu kepada anak kecil itu..?
teman saya mengatakan kalau perbuatan saya salah, pertama saya begitu bodohnya
bisa dengan mudah “dipalak” oleh anak sekecil itu. Kedua, saya menyalahi
aturan tentang dunia perparkiran. Ketiga saya merusak angan-angan dan cita-cita
anak kecil itu bahwa hidup ini tidak terlalu muluk-muluk, menjadi tukang parkir
pun bisa hidup dengan mudah. Yang terakhir saya dituduh merusak pembagian
secara adil, anak kecil ya duitnya kecil, ini pendapat temen saya paling konyol
tapi masuk akal, karena anak kecil zaman sekarang gak bisa pegang uang besar,
pegang uang kecil saja sudah banyak yang menyalahgunakan untuk membeli rokok.
Terlepas
dari komentar teman saya, saya heran dengan orang tua anak kecil itu? Kemanakah
mereka? Sampai anaknya menjadi tukang parkir pun tidak tahu. Well, anak kecil
itu tidak dekil tapi berpakaian rapi dan mengkilap. Saya ragu untuk menuduh
jangan-jangan orangtuanyalah yang menyuruhnya.
Saya
rasa iklan tentang menunda usia pernikahan dan menunda punya anak setelah
menikah adalah tepat, yaitu ketika seorang calon orangtua telah siap secara
materi atau non materi, psikologis atau kasih saying sehingga generasi penerus
bangsa ini bias diandalkan. Apalah artinya kuantitas dibandingkan dengan
kualitas?
#Yang paling saya suka adalah menunda
mempunyai anak karena ketika malam tidak ada yang mengganggu saat akan
beribadah *colek Mas Rawins
Anggap aja sedekah sob.
ReplyDeleteBisa jadi orang tuanya juga mencari nafkah. Nah si anak juga turut membantu mencari nafkah lewat jadi tukang parkir. Pernah lihat tontonan orang pinggiran kan? Jadi positif thinking aja. Temenmu itu mungkin belum pernah merasakan jadi posisi anak itu.
ya udahlah, positive thinking aja... Kita berbuat baik untuk Tuhan, bukan untuk manusia juga... Hehehe... :D
DeleteBiar yang Di Atas yang mencatatnya... :)
ya mungkin gitu bang Yitno jd dia gak bisa atau belum bisa merasakan sbg anak kecil yang membantu mencari nafkah.....
Deletesaya takut nyatatnya jelek mas Nuel...
Deletejd gmn donk ini...??
:P
Hahaha.. itu Syahrini-nya cakep gak? Cakepan mana sama yang di tipi? :P
ReplyDeletecakepan yang inilah...
Deletesoalnya ini saya punyaa...
:)
Syahrini buat salah fokus ni yeee :)
ReplyDeletehhhaaa....
Deleteharusnya mereka menikmati masa2 kanak2nya dgn bermain dan belajar. hmm bersyukurlah kita dulu nggak seperti itu.
ReplyDeletealhamdulilahh...
Deleteternyata mbaknya satu ini pandai bersyukur..
:)
masih mending mau menjadi tukang parkir masih ada usahanya, dari pada ngatok aja mas
ReplyDeletewaaah ini tipe orangtua kejam niii...
Deletemenurut UU juga anak kecil gak boleh kerja....
dan apa sebagai orang tua ya tega nyuruh anak kerja...??
memang dilema jika berhadapan dengan masalah kayak gini :((
ReplyDeleteiya mas...
Deleteemng delima kok..
:)
positif feeling aja, mungkin dia bantu ortunya kali
ReplyDeletesalam kenal, visit back ya mas
iya kali yaa...
Deletepositif feeling aja, mungkin dia bantu ortunya kali
ReplyDeletesalam kenal, visit back ya mas
saya tetep positif kok...
Deletekalau saya mengalamai hal ini bg, saya juga jadi kepikrian. lebih nyaman rasanya memberi infak ke mesjid dibanding ke anak kecil.
ReplyDeleteiya bener banget....
Deletetp kalo di masjid apa gak digunain sama takmir masjidnya ya..??
#suudzon
itu memang dilemma... saya jg sering galau mikirnya...
ReplyDeletehmmm....
Deleteternyata banyak ya yang memikirkannya....
Perhatian orang tua memang perlu gan.. Kalau tidak yang begitu itu mungkin akibatnya. Mungkin sih
ReplyDeletemungkin itu akibat orang tua yg lalai kali ya bang...
Deletemasuk akal...
tapi kalo aku
ReplyDeletepeduli itu tidak harus memberi. unsur pendidikannya harus kita pikirkan juga. jangan sampai banyak yang kasih, anak jadi betah di jalanan. dunia anak itu dunia bermain dan jalanan bukan tempat bermain yang baik...
nah ini tipe orang tua yang udah merasakan orang tua...
Deletebisa dippertimbangkan...
.. wachhhhh,, kalo dipikir^ bener juga ya pemikirannya. he..86x ..
ReplyDeletemasak tah mbak...?
Deletejd setuju ni...?
Banyak bgt tuh eang skrg anak kecil diperkerjakan jadi apa aja, miris dah. Tapi itu fotonya kayak ariel noah deh. #salahfokus
ReplyDeletebukan bang, itu kakak iparnya aroel noha kok...
Delete:P