Entah darimana asal namanya tapi barangnya mudah dijumpai di pasar-pasar di Balikpapan apalagi di kebonan. Sayur katu’ sangat bagus untuk Ibu yang menyusui. Memperlancar ASI.
Dan pada suatu hari setelah UAS makul Bahasa Inggris yang soalnya aneh dan tidak sesuai yang dibayangkan dan dilamunkan. Namun masih mendingan dibandingkan dengan soal UTS-nya.
Imunk nelpon Dihas yang intinya meminta membeli sayur dan lauk selagi masih berada di BDK dengan motor pinjeman yang tinggal pilih. Bersama dengan KH dan motor pinjeman dari Bagoes, Dihas berangkat membeli sayur katu’.
KH di depan dan dapat dibayangkan anak manusia yang belum akil baliq (hmmm…..) dalam mengendarai sepeda motor. Nyasar dan salah masuk dan salah keluar gank, hampir ditabrak motor dan mobil, diumpat orang yanng sedang berjalan dan sebagainya. Namun akhirnya menyampai pasar.
Dengan bangga dan memakai almamater STAN kami tawar menawar harga sayur katu’, tempe dan jagung. Total semuanya adalah sepuluh ribu.
Sampai di rumah Imunk dan Ilham sudah menunggu dan mereka terheran dan terkejut melihat apa yang dibawa KH dan Dihas. Ni makanan wedhus po…?? Komentar Imunk.
Imunk dan Ilham menyiapkan bumbu, sedangkan Hadi dan Dihas mengembalikan motor dan mengambil laptop yang digeletakkan begitu saja.
Makan sayur daun katu’ di Balikapapan sungguh nikmat dan menyenangkan. Kami tersenyum. Inilah hidup.
itu foto lu sob?
ReplyDeletewah,n tu fotonya..narsis juga hehe..tapi sayur katu memang enak lho. dibuat kayak sayur bayam kuah gitu
ReplyDeletebukan mas Nuel....itu potonya KH....
ReplyDeleteyaps...
bener mbak SCB....untuk memperlancar ASI...
heheheheheheheee....